SEMANTIK BAHASA INDONESIA 1
JENIS-JENIS MAKNA
Oleh
Merry Trifena Sari
130110201055
JURUSAN
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
SASTRA
UNVERSITAS
JEMBER
2015
JENIS-JENIS MAKNA
A.
Berdasarkan
jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal
1. Makna Leksikal
Leksikal adalah bentuk adjektif
yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon. Satuan dari leksikon adalah
leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Kalau leksikon dapat disamakan dengan kosakata atau
perbendaharaan kata, maka leksem dapat kita persamakan dengan kata. Dengan
demikian, makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon,
bersifat leksem, atau bersifat kata. Lalu, karena itu, dapat pula dikatakan
makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai
dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam
kehidupan kita (Chaer, 1994).
Contoh:
Kata iwak (ikan) dalam Bahasa Jawa makna leksikalnya adalah kewan kang duwe tulang mburi sing uripe nang
banyu, getihe adem, umume ambegkan karo insang lan biasae awake ana sisike (binatang
bertulang belakang yang hidup di dalam air, berdarah dingin, umumnya bernafas
dengan insang dan biasanya tubuhnya bersisik). Makna ini tampak jelas dalam
kalimat nelayan jala iwak ing segara (nelayan
menjala ikan di laut), ibu goreng iwak
(ibu menggoreng ikan).
2.
Makna
Gramatikal
Makna leksikal biasanya dipertentangkan dengan makna
gramatikal. Kalau makna leksikal berkenaan dengan makna leksem atau kata yang
sesuai dengan referennya, maka makna gramatikal ini adalah makna yang hadir
sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses
reduplikasi, dan proses komposisi (Chaer, 1994).
Contoh:
a.
Bola kang
larang iku ketendang sikilku (bola mahal itu tertendang kakiku).
Proses afiksasi awalan ke- pada kata tendang
dalam kalimat “Bola kang larang iku
ketendang sikilku”, “ketendang”
melahirkan makna “tidak sengaja”.
b.
Pari ing
sawah wes nguning (Padi di sawah telah menguning)
Dalam kalimat “Pari ing sawah wes nguning”, “nguning”
melahirkan makna gramatikal ”perubahan keadaan” dari bukan warna kuning menjadi
warna kuning .
B.
Berdasarkan
ada atau tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya
makna referensial dan makna nonreferensial
1. Makna referensial
Bila kata-kata itu mempunyai
referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata
tersebut disebut kata bermakna referensial.
Contoh:
Kata meja (meja) mlebu makna referensial amarga duwe referen yaiku macem bekakas omahan
kang diarani “meja” (termasuk kata yang bermakna referensial karena
mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut ’meja’.
2. Makna nonreferensial
Kalau kata-kata itu tidak
mempunyai referen, maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial.
Contoh:
·
Wadon iku
apik (gadis itu
baik).
·
Desaku sing
tentrem (desaku yang tentram)
Contoh di atas menunjukkan kata
nonreferensial dimana suatu bentuk yang wujudnya belum diketahui.
C.
Berdasarkan
ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna
denotatif dan makna konotatif
1.
Makna
Denotatif
Makna denotatif lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai
dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan,
atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut
informasi-informasi faktual objektif. Oleh karena itu, makna denotasi sering
disebut sebagai ’makna sebenarnya’
Contoh :
a.
Bathuk’e ngetokaken getih (dahinya mengeluarkan darah).
Kata “getih(darah)” dilihat dari makna denotatif yaitu
cairan terdiri atas plasma, ada sel-sel merah dan putih yang mengalir di
pembuluh darah manusia atau binatang
2.
Makna
Konotatif
Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu
mempunyai ”nilai rasa”, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai
rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi. Tetapi dapat juga disebut
berkonotasi netral. Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu.
Contoh:
a. Keturunan getih biru ora milu sayembara (keturunan
darah biru tidak mengikuti sayembara)
Kata “getih biru (darah biru)” dalam kalimat
ini bermakna konotatif yang dimaksudkan adalah “keturunan bangsawan (ningrat)”.
D.
Berdasarkan
ketepatan maknanya dikenal makna kata dan makna istilah atau makna umum dan
makna khusus.
Setiap kata atau leksem memiliki
makna, namun dalam penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata
itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda dengan kata, istilah
mempunyai makna yang jelas, yang pasti, yang tidak meragukan, meskipun tanpa
konteks kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas
konteks. Hanya perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang
keilmuan atau kegiatan tertentu.
Perbedaan antara makna kata dan
istilah dapat dilihat dari contoh berikut
(1) Tangane
keiris lading landep (tangannya teriris pisau tajam).
(2) Lengenne
keiris lading landep (lengannya teriris pisau tajam).
Kata tangan dan lengan pada kedua
kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama. Namun dalam bidang
kedokteran kedua kata itu memiliki makna yang berbeda. Tangan bermakna bagian
dari pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lengen (lengan) adalah bagian dari pergelangan
sampai ke pangkal bahu.
E.
Berdasarkan kriteri lain atau sudut pandang lain dapat
disebutkan adanya makna-makna
konseptual, makna asosiatif, kolokatif,
reflektif, idiomatik dan sebagainya.
1.
Makna Konseptual
Yang dimaksud dengan makna
konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks
atau asosiasi apa pun.
Contoh :
·
Kucing
(kucing)
“kucing” duweni makna konseptual yaiku kewan kang duweni
rupa kaya macan cilik lan biasae diopeni wong (kata “kucing” memiliki makna konseptual yaitu binatang yang rupanya
seperti harimau kecil dan biasanya dipelihara orang). Jadi makna
konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal, makna denotatif, dan
makna referensial.
2.
Makna Asosiatif
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki
sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu
yang berada di luar bahasa.
Contoh:
·
Merpati
·
Abang (Merah)
Merpati berasosiasi dengan sesuatu yang
melambangkan ketulusan.
Merah berasosiasi dengan sesuatu yang berani
atau tidak takut.
3. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Idiom adalah satuan ujaran yang
maknanya tidak dapat ”diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara
leksikal maupun secara gramatikal.
Contoh:
Bentuk dowo
tangan (panjang tangan) dengan makna “seneng
nyolong (suka mencuri)”, kembang deso
(bunga desa) dengan makna ’wadon ayu kang
didemeni karo perjoko ing deso panggon uripe (gadis cantik yang disenangi
pemuda di desa tempat tinggalnya) ’.
Berbeda dengan idiom, peribahasa
memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna
unsur-unsurnya karena adanya ”asosiasi” antara makna asli dengan maknanya
sebagai peribahasa.
Contoh:
Tong kosong
nyaring unine (Tong kosong nyaring bunyiny)a yang bermakna “orang yang
banyak bicara tidak ada hasilnya”. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa jika tong
kosong dipukul maka akan menghasilkan suara yang nyaring/keras dengan demikian
menunujukkan bahwa tong tersebut tidak ada isinya.
4. Makna Kias
Dalam kehidupan sehari-hari,
penggunaan istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya.
Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang
tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti
denotatif) disebut mempunyai arti kiasan.
Contoh:
a.
Abang-abang
lambe (merah-merah bibir yang berarti basa-basi)
b.
Kembang ati (bunga hati
dapat berarti kekasih/sesuatu yang disukai),
c. Atos sirahe (Keras kepala yang berarti susah
dinasehati), dll.
5. Makna Asosiatif
Makna asosiatif merupakan asosiasi yang muncul dalam benak
seseorang jika mendengar kata tertentu. Asosiasi ini dipengaruhi unsur-unsur
psikis, pengetahuan dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, makna asosiatif
terutama dikaji bidang psikolinguistik. Makna denotatif villa adalah ’rumah
peristirahatan di luar kota’. Selain makna denotatif itu, bagi kebanyakan orang Indonesia villa
juga mengandung makna asosiatif ’gunung’,
’alam’, ’pedesaan’, ’sungai’, bergantung pada pengalaman seseorang.
6. Makna Afektif
Makna afektif berkaitan dengan perasaan seseorang jika
mendengar atau membaca kata tertentu. Perasaan yang muncul dapat positif atau
negatif. Kata jujur, rendah hati, dan bijaksana menimbulkan makna afektif yang
positif, sedangkan korupsi dan kolusi menimbulkan makna afektif yang negatif.
7. Makna Stilistik
Makna
stilistik yaitu penggunaan kata/bahasa dan gaya bahasa yang sehubungan dengan
adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat.
Contoh :
omah, pondok, istana, keraton, panggonan meneng, panggon urip (rumah, pondok,
istana, keraton, kediaman, tempat tinggal)
Contoh kata
di atas memiliki satu arti dengan rumah tetapi dari segi makna memiliki
perbedaan, ambil saja keraton memiliki makna rumah besar yang megah yang
ditempati Raja, Ratu, punggawa kerajaan, patih, prajurit yang masih
mempertahankan adat istiadat. Makna tersebut berbeda dengan istana yang
bermakna sebagai rumah atu tempat kediaman resmi raja, kepala negara, presiden
dan keluarganya biasanya tidak terlalu menghiraukan adat istiadat dan hal-hal
yang berbau mistik. Berbeda lagi maknanya dengan rumah. Rumah bermakna bangunan
yang digunakan untuk tempat tinggal dengan cakupan makna yang lebih luas.
8. Makna Kolokatif
Yaitu makna
yang berkenaan dengan makna kaitannya dengan makna lain yang mempunyai
tempat/posisi yang sama.
Contoh :
·
prawan iku ayu (perawan itu cantik)
·
kembang kang endhah (bunga yang indah)
·
lancing ganteng (perjaka tampan)
Dari contoh di atas mempunyai makna yang sama
akan tetapi penggunaan makna katanya tidak boleh dibalik karena jika
dibalik/diubah akan menimbulkan makna yang berbeda. Misalnya saja penggunaan
kata cantik pada seorang laki-laki atau gadis itu tampan, pasti akan
menimbulkan persepsi yang berbed.a
maaf mb, sumber nya dari buku siapa ya mb kalau boleh tau?
BalasHapusMaaf,sumber bukun ya dari buku siapa ya?
BalasHapusWinstar Sportsbook in New Orleans, LA - JTM Hub
BalasHapusThe Winstar Casino Hotel in New Orleans, 청주 출장안마 LA, has been 고양 출장안마 approved by the Orleans County Wynn Rewards is the 여주 출장샵 first US hotel to 강원도 출장샵 offer such a wide- 김천 출장샵