Kamis, 28 Mei 2015

JENIS-JENIS MAKNA DALAM SEMANTIK



TUGAS

SEMANTIK BAHASA INDONESIA 1






JENIS-JENIS MAKNA








Oleh

Merry Trifena Sari
130110201055











JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNVERSITAS JEMBER
2015



JENIS-JENIS MAKNA

A.     Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal

1.      Makna Leksikal
Leksikal adalah bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon. Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Kalau leksikon dapat disamakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat kita persamakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Lalu, karena itu, dapat pula dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer, 1994).
Contoh:
Kata iwak (ikan) dalam Bahasa Jawa makna leksikalnya adalah kewan kang duwe tulang mburi sing uripe nang banyu, getihe adem, umume ambegkan karo insang lan biasae awake ana sisike (binatang bertulang belakang yang hidup di dalam air, berdarah dingin, umumnya bernafas dengan insang dan biasanya tubuhnya bersisik). Makna ini tampak jelas dalam kalimat nelayan jala iwak ing segara (nelayan menjala ikan di laut), ibu goreng iwak (ibu menggoreng ikan).

2.      Makna Gramatikal
Makna leksikal biasanya dipertentangkan dengan makna gramatikal. Kalau makna leksikal berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan referennya, maka makna gramatikal ini adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi (Chaer, 1994).
Contoh:
a.       Bola kang larang iku ketendang sikilku (bola mahal itu tertendang kakiku).
Proses afiksasi awalan ke- pada kata tendang dalam kalimat “Bola kang larang iku ketendang sikilku”, “ketendang” melahirkan makna “tidak sengaja”.
b.      Pari ing sawah wes nguning (Padi di sawah telah menguning)
Dalam kalimat “Pari ing sawah wes nguning”, “nguning” melahirkan makna gramatikal ”perubahan keadaan” dari bukan warna kuning menjadi warna kuning .


B.      Berdasarkan ada atau tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial

1.      Makna referensial
Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial.
Contoh:
Kata meja (meja) mlebu makna referensial amarga duwe referen yaiku macem bekakas omahan kang diarani “meja” (termasuk kata yang bermakna referensial karena mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut ’meja’.

2.      Makna nonreferensial
Kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen, maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial.
Contoh:
·         Wadon iku apik (gadis itu baik).
·         Desaku sing tentrem (desaku yang tentram)
Contoh di atas menunjukkan kata nonreferensial dimana suatu bentuk yang wujudnya belum diketahui.




C.      Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif

1.      Makna Denotatif
Makna denotatif lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Oleh karena itu, makna denotasi sering disebut sebagai ’makna sebenarnya’

Contoh :
a.       Bathuk’e ngetokaken getih (dahinya mengeluarkan darah).
Kata “getih(darah)” dilihat dari makna denotatif yaitu cairan terdiri atas plasma, ada sel-sel merah dan putih yang mengalir di pembuluh darah manusia atau binatang

2.      Makna Konotatif
Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai ”nilai rasa”, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi. Tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu.
Contoh:
a.      Keturunan getih biru ora milu sayembara (keturunan darah biru tidak mengikuti sayembara)
Kata “getih biru (darah biru)” dalam kalimat ini bermakna konotatif yang dimaksudkan adalah “keturunan bangsawan (ningrat)”.


D.     Berdasarkan ketepatan maknanya dikenal makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus.
Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda dengan kata, istilah mempunyai makna yang jelas, yang pasti, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks. Hanya perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.
Perbedaan antara makna kata dan istilah dapat dilihat dari contoh berikut
(1) Tangane keiris lading landep (tangannya teriris pisau tajam).
(2) Lengenne keiris lading landep (lengannya teriris pisau tajam).
Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama. Namun dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki makna yang berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lengen (lengan) adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.


E.      Berdasarkan kriteri lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna konseptual, makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik dan sebagainya.

1.      Makna Konseptual
Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun.
Contoh :
·         Kucing (kucing)
“kucing” duweni makna konseptual yaiku kewan kang duweni rupa kaya macan cilik lan biasae diopeni wong (kata “kucing” memiliki makna konseptual yaitu binatang yang rupanya seperti harimau kecil dan biasanya dipelihara orang). Jadi makna konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial.



2.      Makna Asosiatif
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.
Contoh:
·         Merpati
·         Abang (Merah)
Merpati berasosiasi dengan sesuatu yang melambangkan ketulusan.
Merah berasosiasi dengan sesuatu yang berani atau tidak takut.

3.      Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ”diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.
Contoh:
 Bentuk dowo tangan (panjang tangan) dengan makna “seneng nyolong (suka mencuri)”, kembang deso (bunga desa) dengan makna ’wadon ayu kang didemeni karo perjoko ing deso panggon uripe (gadis cantik yang disenangi pemuda di desa tempat tinggalnya) ’.

Berbeda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya ”asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa.
Contoh:
Tong kosong nyaring unine (Tong kosong nyaring bunyiny)a yang bermakna “orang yang banyak bicara tidak ada hasilnya”. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa jika tong kosong dipukul maka akan menghasilkan suara yang nyaring/keras dengan demikian menunujukkan bahwa tong tersebut tidak ada isinya.


4.      Makna Kias  
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan.
Contoh:
a.       Abang-abang lambe (merah-merah bibir yang berarti basa-basi)
b.      Kembang ati (bunga hati dapat berarti kekasih/sesuatu yang disukai),
c.       Atos sirahe (Keras kepala yang berarti susah dinasehati), dll.

5.      Makna Asosiatif
Makna asosiatif merupakan asosiasi yang muncul dalam benak seseorang jika mendengar kata tertentu. Asosiasi ini dipengaruhi unsur-unsur psikis, pengetahuan dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, makna asosiatif terutama dikaji bidang psikolinguistik. Makna denotatif villa adalah ’rumah peristirahatan di luar kota’. Selain makna denotatif  itu, bagi kebanyakan orang Indonesia villa juga mengandung makna asosiatif  ’gunung’, ’alam’, ’pedesaan’, ’sungai’, bergantung pada pengalaman seseorang.

6.      Makna Afektif
Makna afektif berkaitan dengan perasaan seseorang jika mendengar atau membaca kata tertentu. Perasaan yang muncul dapat positif atau negatif. Kata jujur, rendah hati, dan bijaksana menimbulkan makna afektif yang positif, sedangkan korupsi dan kolusi menimbulkan makna afektif  yang negatif.

7.      Makna Stilistik
Makna stilistik yaitu penggunaan kata/bahasa dan gaya bahasa yang sehubungan dengan adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat.
Contoh : omah, pondok, istana, keraton, panggonan meneng, panggon urip (rumah, pondok, istana, keraton, kediaman, tempat tinggal)
Contoh kata di atas memiliki satu arti dengan rumah tetapi dari segi makna memiliki perbedaan, ambil saja keraton memiliki makna rumah besar yang megah yang ditempati Raja, Ratu, punggawa kerajaan, patih, prajurit yang masih mempertahankan adat istiadat. Makna tersebut berbeda dengan istana yang bermakna sebagai rumah atu tempat kediaman resmi raja, kepala negara, presiden dan keluarganya biasanya tidak terlalu menghiraukan adat istiadat dan hal-hal yang berbau mistik. Berbeda lagi maknanya dengan rumah. Rumah bermakna bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal dengan cakupan makna yang lebih luas.


8.      Makna Kolokatif
Yaitu makna yang berkenaan dengan makna kaitannya dengan makna lain yang mempunyai tempat/posisi yang sama.
Contoh :
·         prawan iku ayu (perawan itu cantik)
·         kembang kang endhah (bunga yang indah)
·         lancing ganteng (perjaka tampan)
Dari contoh di atas mempunyai makna yang sama akan tetapi penggunaan makna katanya tidak boleh dibalik karena jika dibalik/diubah akan menimbulkan makna yang berbeda. Misalnya saja penggunaan kata cantik pada seorang laki-laki atau gadis itu tampan, pasti akan menimbulkan persepsi yang berbed.a

3 komentar:

  1. maaf mb, sumber nya dari buku siapa ya mb kalau boleh tau?

    BalasHapus
  2. Maaf,sumber bukun ya dari buku siapa ya?

    BalasHapus
  3. Winstar Sportsbook in New Orleans, LA - JTM Hub
    The Winstar Casino Hotel in New Orleans, 청주 출장안마 LA, has been 고양 출장안마 approved by the Orleans County Wynn Rewards is the 여주 출장샵 first US hotel to 강원도 출장샵 offer such a wide- 김천 출장샵

    BalasHapus